Jumat, 18 Desember 2015

"Sepatu Dahlan" Kisah Masa Kecil Sang Menteri yang Penuh Inspirasi

                Siapa yang tidak mengenal sosok Dahlan Iskan? Beliau adalah seorang menteri BUMN dan beliau adalah salah satu putra terbaik yang dimiliki Indonesia. Meniti hidup sebagai masyarakat desa yang hidup dengan kondisi serba kekurangan beliau kini tumbuh menjadi seorang yang dihormati dan disegani. Beliau dikenal karena keberhasilannya dalam memimpin surat kabar jawa pos yang awalnya hanya sebagai surat kabar daerah, bahkan hampir gulung tikar menjadi surat kabar nasional dengan omset penjualan yang fantastis.
                        Dahlan Iskan lahir di Magetan, Jawa Timur dari pasangan Muhammad Iskan dan Lisnah. Orang tua Dahlan tidak mengingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan adalah anak ketiga dari empat bersaudara, mempunyai dua orang kakak bernama Khosyatun dan Sofwati dan seorang adik bernama Zainuddin. Dahlan tumbuh dalam kemiskinan, Dahlan kecil hanya memiliki satu set pakaian yang terdiri dari baju, celana dan sarung. Sarung merupakan barang sebaguna untuk dahlan. Saat pakaiannya dicuci ia gunakan sarung hingga pakaiannya kering, saat malam ia gunakan sarung sebagai selimut, dan sarung juga ia gunakan untuk shalat. Tidak jarang Dahlan kecil bersama saudaraya merasa perih di perut Karena lapar hingga melilitkan sarung diperut nya. Ayah Dahlan pernah berkata “ Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa”. Begitulah prinsip keluarga Dahlan.
 
                Kendati keadaan demikian tidak mematahkan semangat Dahlan untuk bersekolah. Jarak antara sekolah dan rumah Dahlan cukup jauh. Jarak itu ditempuh Dahlan dengan berjalan kaki dan tanpa sepatu hingga ia sering merasakan lecet di telapak kaki. Saat itu ia menyimpan keinginan besar yaitu memiliki sepatu, tidak harus baru yang penting sepatu. Kisah kehidupan dahlan ini diceritakan dalam sebuah novel best seller yang dituliskan Khisna Pabichara berjudul “Sepatu Dahlan”.
                Kisah masa kecil sang menteri sungguh sangat memprihatinkan, tapi orang tua mereka mengajarkan Dahlan dan saudara-saudaranya untuk kuat menjalaninya. “hidup orang miskin harus dijalani apa adanya” begitu kata sang menteri. Keinginan Dahlan untk memiliki sepatu terwujud dari hasil melatih tim bola voli SMP Magetan waktu itu. Ia membeli dua pasang sepatu, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk adiknya, Zain. Meskipun sudah memiliki sepatu, namun Dahlan kecil tetap bersekolah tanpa alas kaki dengan alasan takut sepatunya rusak.
                Novel “Sepatu Dahlan” merupakan kisah hidup masa kecil sang menteri yang sangat menginsirasi. Walaupun hidup serba kekurangan, Dahlan tetap menjalaninya tanpa mengeluh.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar